Manajemen isu yang baik bermanfaat menjaga citra perusahaan dan organisasi, bahkan mencegah terjadinya krisis.
JAKARTA, HUMASINDONESIA.ID – James E. Grunig dan David M. Dozier dalam buku Excellent Public Relations and Effective Organizations (2002) mengatakan, manajemen isu yang efektif berfungsi membangun citra positif organisasi di mata publik.
Dengan manajemen isu, humas dapat merespons, mengatasi rumor, kabar miring mengenai organisasi dengan positif dan responsif. Masih menurut Grunig dan Dozier, langkah ini juga dapat membantu organisasi menciptakan citra yang baik sekaligus memperkuat reputasi di mata publik.
Sementara menurut Timothy Coombs, profesor dari Texas A&M University yang juga penasihat Centre for Crisis & Risk Communications, dalam artikelnya bertajuk Protecting Organization Reputations During a Crisis: The Development and Application of Situational Crisis Communication Theory (2007), dengan melakukan manajemen isu, dapat membantu organisasi dalam mengatasi krisis menjadi lebih baik.
Menurut Maria Wongsonagoro, Presiden Direktur IPM Public Relations, saat mengisi acara dalam agenda Kopi Darat PR Rembuk di Jakarta, Kamis (9/3/2023), manajemen isu memungkinkan humas untuk merespons isu dengan lebih cepat, terorganisir, dan responsif. Dengan begitu, humas dapat memperkecil dampak negatif dari krisis sehingga tidak menimbulkan luka yang terlalu dalam terhadap reputasi organisasi.
Di hadapan para peserta, Maria lantas menguraikan lima tahap manajemen isu. Pertama, menginventarisasi isu dan risiko dari berbagai sumber. Menurut Maria, humas yang tergabung dalam risk management team wajib memetakan berbagai kabar mengenai perusahaan. Sejumlah informasi tersebut bisa diperoleh dari berita di media massa, media sosial, serta berbagai sumber eksternal dan internal. “Pemetaan ini berfungsi agar humas bisa melihat bagaimana persepsi publik terhadap organisasi,” katanya.
Tahap kedua, membuat laporan berlabel issues management yang mencakup keterangan isu, sumber informasi, analisis singkat situasi atau kronologi. Identitas, posisi, dan jabatan pelapor bahkan sebisa mungkin juga disertakan untuk menjaga validitas laporan.
Semua laporan yang masuk dapat dibahas secara detail dan komprehensif. Terutama apabila ditemukan isu yang dianggap krusial. Setelah itu, tim bisa masuk tahap yang keempat. Yakni, mulai melakukan manajemen isu. Tahap ini mencakup sikap perusahaan atau organisasi mengenai isu tersebut, dan menetapkan tujuan komunikasi dengan menyusun tiga pesan kunci. Lalu, diikuti dengan menyusun strategi komunikasi, menggalang dukungan stakeholder internal dan eksternal, dan mulai membuat daftar jejaring media.
Setelah keempat tahap itu dilaksanakan, Maria kemudian menyarankan koordinator untuk melanjutkan tahapan yang kelima. Yaitu, menyosialisasikan dan menjabarkan rencana aksi secara rinci kepada anggota tim. Rencana aksi tersebut biasanya terdiri dari standby statement, kolaborasi dengan stakeholders, dan menyiapkan iklan korporasi jika diperlukan.
Menurut perempuan yang dinobatkan sebagai PR INDONESIA Guru oleh PR INDONESIA itu, kelima tahap manajemen isu di atas berguna untuk memitigasi krisis. Organisasi jangan sampai tidak siap saat “badai” melanda,” katanya. “Reputasi yang dibangun bertahun-tahun bisa hancur dalam sekejap jika lambat mengantisipasi persoalan,” pungkasnya. (SGS)
