Inilah Tantangan PR di Masa Depan

Share post
AI dan big data membantu kinerja praktisi PR menjadi lebih tepat. Rizqi/PR INDONESIA

Perkembangan teknologi memungkinkan PR bekerja lebih tepat. Di sisi lain, perkembangan ini juga menantang praktisi PR untuk mengembangkan kompetensinya.

 

BANDUNG, HUMASINDONESIA.ID - Hal inilah yang ditegaskan oleh Prita Kemal Gani, founder STIKOM The London School of Public Relations (LSPR) Jakarta, saat menjadi pemateri di acara Conference Session PR Indonesia Awards (PRIA) 2019 yang mengusung tema “The Role of Public Relations in 5.0 Era” di Bandung, Selasa (26/3/2019). Ia tak memungkiri, artificial intelligence dan big data memang membantu kinerja praktisi PR menjadi lebih tepat. Namun, PR juga ditantang untuk terus meningkatkan dan mengasah kompetensi. Berikut ini tantangan PR di masa depan:

Globalisme

Prita mengatakan bahwa seorang PR harus memiliki jaringan luas secara global, memiliki kapabilitas global dan standar kompetensi global

“Growth-Hi-Tech”

Prita menekankan bahwa komunikasi internal sama pentingnya dengan komunikasi eksternal. Terkadang sebagai PR, yang kita pikirkan hanyalah konsumen. Padahal, yang seharusnya diajak berkomunikasi terlebih dahulu adalah pihak internal. Komunikasi ini dapat dilakukan secara digital.

Pendidikan

Menjadi PR harus kreatif dan inovatif. Itulah sebabnya PR harus menyukai seni. “PR harus memiliki banyak imajinasi,” ujarnya. Apalagi kini rilis tak hanya berbentuk tulisan. Seorang PR harus mampu memproduksi rilis dengan foto dan teknik editing yang baik. Menurut Prita meskipun PR dibantu fotografer, namun ia tetaplah konseptornya.

Rekrutmen

Sekarang praktisi PR tak hanya berasal dari latar belakang ilmu komunikasi melainkan dari bidang-bidang ilmu lain.

“Research = Narrow the Gap”

“Tidak ada pekerjaan PR yang dilakukan tanpa riset,” ujar Prita. Tanpa riset, kita tidak dapat merespons isu dengan tepat.

Etika dan Profesionalisme

Seorang PR harus menjunjung tinggi etika dan profesionalisme. Salah satunya adalah memperhatikan penampilan. Selain itu, PR juga harus tepat waktu, akurat, akuntabel, dan berperilaku baik.

Reputasi PR

Saat ini CEO mulai sadar pentingnya kehadiran PR. Nah, sebagai praktisi PR kita harus memikirkan cara agar CEO menjadi populer. Karena, peran CEO cukup besar dalam membangun reputasi.

Kemampuan PR 3600

PR yang sebelumnya hanya membina hubungan baik antar stakeholder, kini turut andil dalam menjaga kesejahteraan perusahaan, membantu pemasaran, dan mendukung perbaikan karyawan secara moral. Oleh karena itu, PR harus memiliki kemampuan manajemen, kepemimpian, berbicara, menulis, riset, keuangan, sumber daya, hingga kewirausahaan.

Kompetensi Membangun Relasi

PR harus mampu membina hubungan baik dengan semua stakeholder, yaitu pemerintah, komunitas, karyawan, media, tenant, customer, dan anggota

“Lobbying”

Prita mengatakan bahwa beberapa politikus yang menggunakan teknik ini dianggap sebagai pencitraan, namun sebenarnya untuk menciptakan reputasi yang baik dibutuhkan proses. Ibarat membuat kue, katanya, butuh proses panjang dan melibatkan lebih dari satu orang. Sementara citra ibarat icing sugar yang dibubuhi di atas kue. Proses lobi ini meliputi kemampuan persuasi, komunikasi verbal dan nonverbal, serta kemampuan manajemen krisis

Atribut

Atribut adalah hal-hal yang dapat mendukung kemampuan PR seperti pendidikan, akreditasi, sertifikasi, dan keanggotaan. Prita mengatakan, bahwa Indonesia memiliki fakultas komunikasi terbanyak seASEAN dengan angka lulusan yang cukup tinggi tiap tahunnya. “Indonesia memiliki 210 universitas dengan fakultas komunikasi. Bisa disimpulkan, jumlah PR di Indonesia paling banyak di ASEAN. Inilah modal kita untuk menciptakan tren di masa depan,” tutupnya. (rvh)


Share post

Tentang Penulis
Humas

Humas