Jurnalis pada hakikatnya mempunyai kepentingan yang berbeda dengan humas. Ada 7F yang diharapkan wartawan kepada humas. Apa saja?
JAKARTA, HUMASINDONESIA.ID – Jika wartawan bertugas mencari kebenaran di balik setiap persoalan, public relations (PR) berfungsi mengurangi dampak dari isu yang menerpa organisasi. Kalimat tersebut dilontarkan oleh Wakil Pimpinan Redaksi Harian Kompas Paulus Tri Agung Kristanto, saat mengisi agenda in-house training PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) bertajuk “Pelatihan Menulis Kreatif, Media Handling, dan Komunikasi Krisis” di Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Paulus yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Dewan Pers periode 2022 – 2025 ini mengatakan, perbedaan antara kedua profesi itu terletak pada sejumlah hal. Pertama, wartawan bertugas mencari informasi yang berimbang di semua sisi. Adapun humas, berdiri di satu pihak. Yakni, organisasi tempat ia bernaung.
Kedua, wartawan harus independen dan berjarak dengan narasumber. Sementara PR, tentu harus bisa membangun relasi agar akrab dengan pihak mana pun. Perbedaan terakhir, jurnalis harus mencari informasi yang penting dan menarik untuk diketahui publik. Sedangkan humas harus menjaga citra institusi. “Masing-masing memiliki kepentingan berbeda yang harus dipertemukan. Kita harus mencari benang merah di antara hal itu,” bebernya.
Agar hubungan keduanya berjalan lancar, TRA, begitu ia karib disapa, menjelaskan tujuh F yang bisa diikuti oleh humas. Antara lain:
- Fast
Fast atau cepat, adalah ketika humas harus lekas menyediakan informasi kepada jurnalis. Sebab, sejumlah media siber saat ini mengutamakan kecepatan saat menyampaikan berita.
- Factual
Factual (faktual) adalah sesuai fakta dalam arti bahasa Indonesia. Dalam merancang informasi, jurnalis ingin agar data, fakta, dan keterangan yang diberikan humas kredibel serta bisa dipertanggungjawabkan kepada publik.
- Frank
Bersikap jujur atau frank dalam terjemahan bahasa Inggris. Wartawan berharap informasi yang disampaikan humas tidak berbelit-belit dan menyesatkan. Sikap transparan akan sangat dihargai ketika humas berhadapan dengan awak media.
- Friendly
Bersikap terbuka dan mau berteman menjadi modal berikutnya untuk membangun relasi dengan awak media. Karena, setiap jurnalis pada hakikatnya diharapkan bisa membangun jejaring narasumber. Hal ini akan memudahkan mereka saat mencari berita. TRA menyarankan agar PR bisa menyimpan bahkan mengingat nama wartawan yang berhubungan dengan korporasi tanpa membedakan asal media mereka dari media besar atau kecil.
- Fair
Berlaku adil adalah aspek berikutnya yang diharapkan wartawan dari seorang PR. Humas diharapkan berimbang saat memberikan informasi dan tidak mengistimewakan satu-dua wartawan atau media. “Perlakukan jurnalis sebagaimana Anda ingin diperlakukan oleh mereka,” kata TRA seraya memberi pesan.
- Fun
Selain soal pekerjaan, PR juga diharapkan bisa membangun relasi pribadi dengan wartawan. Pembahasan terus-menerus mengenai pekerjaan tentu bakal membosankan. Oleh sebab itu, lontarkan satu dua humor agar pertemanan antara PR dengan jurnalis bisa menjadi lebih akrab.
- Fresh
Aspek terakhir yang disarankan oleh TRA adalah menghadirkan informasi segar. Hal ini bisa berupa program, pola komunikasi, dan metode baru ketika menghadirkan informasi. Selain itu, dari aspek gestur dan komunikasi, ia berharap humas bisa selalu menghadapi wartawan mana pun dengan tangan terbuka. “Jangan jutek, ya, meskipun wartawan itu (bersikap) ngeselin (menyebalkan),” imbuhnya. (SGS)
