Mengintip Realitas yang Dihadapi Humas Kiwari

Share post
Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Aqua Dwipayana saat menjadi narasumber dalam “Kuliah Umum Cyber Public Relations” secara virtual, Rabu (27/3/2024). Foto: FISIP UNAND.

Bidang humas saat ini harus menghadapi dinamika dan tantangan yang kompleks, terutama karena teknologi digital.

PADANG, HUMASINDONESIA.ID Humas merupakan salah satu bidang yang sangat dinamis. Seperti dapat disaksikan hari ini, praktisi humas tidak lagi hanya berhadapan dengan media arus utama, tetapi juga dinamika media sosial. Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Aqua Dwipayana dalam “Kuliah Umum Cyber Public Relations” yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Andalas secara virtual, Rabu (27/3/2024), mengatakan, kondisi semacam itu membuat humas senantiasa berada di pusaran tantangan.

Menurut penulis buku Trilogi The Power of Silaturahim tersebut, karena kedinamisannya, praktisi humas dituntut untuk selalu adaptif. Sebab, hanya dengan itu humas dapat mempertahankan posisi strategisnya. “Humas harus lebih adaptif dalam mengelola berbagai platform media sosial untuk memperkuat pesan klien mereka, memperluas jangkauan audiens, dan menjaga reputasi online yang seringkali tidak terduga dan cepat berubah,” ujarnya.

Apa yang menjadi perhatian Aqua tersebut didasari oleh perubahan perilaku masyarakat sejak era media sosial. Dari yang menggunakan media sosial sebagai tempat bersosialisasi, menjadi wadah menyampaikan segala informasi. Perkembangan fungsi tersebut sejalan dengan peningkatan pengguna media sosial di Indonesia, yang hingga Januari 2024 mencapai 139 juta sebagaimana dilaporkan Katadata.

Adapun perkembangan media sosial menjadi pintu persebaran informasi, secara langsung menghadirkan tantangan bagi praktisi humas. Utamanya karena tidak adanya kontrol atas informasi yang beredar. Dapat dikatakan kebenaran dan hoaks kini menyaru, sementara humas berada di antaranya untuk memitigasi isu.

Opini Publik

Selain memitigasi isu lewat berita atau informasi yang berseliweran di media sosial, Aqua menjelaskan, tantangan berikutnya yang harus dihadapi praktisi humas adalah melakukan identifikasi opini publik. Menurutnya, kontrol atas narasi di media sosial lebih sulit dibanding media massa, mengingat setiap individu dapat menyuarakan pendapat secara terbuka.

Sejalan dengan hal tersebut, alumnus Universitas Padjadjaran itu mengatakan, praktisi humas juga harus awas dengan komentar negatif di media sosial yang dapat memicu krisis jika tidak dikelola dengan baik. Dalam praktiknya, ia mengimbau untuk selalu mengedepankan transparansi dalam berkomunikasi. “Kuncinya ada pada transparansi dan keterbukaan perusahaan atau organisasi. Humas harus bersikap jujur dan transparan dalam mengelola komunikasi dengan publik,” pungkasnya. aza


Share post

Tentang Penulis
Humas

Humas