Ferly, Pranata Humas Universitas Musamus, Merauke: Keterbatasan Bukan Alasan

Share post
Menurut Ferly, Pranta Humas Universitas Musamus (kiri), keterbatasan tidak menjadi alasan bagi humas untuk bertugas di daerah pedalaman. (Foto: Humas Indonesia)

Bukan tugas mudah bagi Ferly untuk merancang dan menyosialisasikan program kampus di daerah yang terletak di ujung paling Barat Indonesia, Merauke. Seperti apa sepak terjangnya?  

JAKARTA, HUMASINDONESIA.ID – Daftar pertanyaan yang dikirim kepada Ferly, Pranata Humas Ahli Muda Universitas Musamus (Unmus), Merauke, oleh awak HUMAS INDONESIA sejak Jumat (24/2/2023), ternyata baru dibalas pada hari Senin (6/3/2023).

Usut punya usut, Merauke ternyata sedang mengalami pemeliharaan jaringan kabel bawah laut. Situasi itu membuat warga yang tinggal daerah yang terletak di paling ujung Barat Indonesia ini terpaksa gigit jari. Sebab, tidak dapat menikmati akses internet selama satu minggu.   

Ya, sebagai salah satu perguruan tinggi negeri yang berada di daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T), keterbatasan jaringan telekomunikasi dan akses transportasi sudah menjadi isu umum. Karena hal itu pula, aktivitas komunikasi menjadi tantangan tersendiri yang barangkali  tidak dijumpai oleh praktisi komunikasi atau humas di kota-kota besar.   

Oleh karena itu, strategi komunikasi yang dilakukan oleh humas, tidak cukup hanya sekadar memanfaatkan teknologi informasi melalui media sosial seperti YouTube, Instagram, dan Facebook. Mereka juga harus turun ke lapangan untuk melakukan sosialisasi secara langsung. 

Seperti kondisi yang saat ini sedang mereka alami. Karena akses internet yang belum merata sampai ke pedalaman Merauke, Unmus mau tidak mau harus mengirimkan tim ke kampung-kampung yang berada di pedalaman untuk melakukan sosialisasi program penerimaan mahasiswa baru.

“Kami membantu dan mendampingi mereka sampai ke tahap pendaftaran karena mereka tidak dapat melakukan pendaftaran secara on-line,” ujar pria yang tercatat sebagai humas di Unmus sejak 2015. 

Selain jarak, sebagai pranata humas di Unmus juga dituntut untuk mampu mengurai kendala bahasa. Mereka harus mampu membuat informasi yang dikemas dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami dan diterima dengan baik oleh masyarakat. “Kesabaran adalah teman terbaik,” jawabnya singkat.

Meski begitu, Ferly menilai segala tantangan itu justru memacu mereka untuk makin kreatif dan fleksibel. “Kemampuan berkomunikasi saya jadi semakin baik,” kata pria kelahiran Rantepao, Toraja Utara, tahun 1990 ini.

Bahkan, bicara soal upaya meningkatkan kemampuan, Ferly rela menempuh perjalanan yang cukup melelahkan hingga memakan waktu dua hari dari Merauke ke Bandung untuk mengikuti agenda Workshop GPR #5 Series yang diselenggarakan oleh HUMAS Indonesia, 15 – 17 Februari 2023.

Kurang lebih, Ferly memerlukan waktu 13 jam perjalanan menggunakan pesawat dari Merauke ke Jakarta, sudah termasuk transit di Bali. Lalu, melanjutkan perjalanan menggunakan transportasi darat dari Jakarta ke lokasi acara di Bandung.  

Lelahnya terbayar lunas. Apalagi setelah ia dapat berjumpa dan berjejaring dengan sesama rekan humas dari lintas instansi/organisasi. Belum lagi materi dari para pengisi acara yang membuat pengetahuannya kian luas, terutama seputar komunikasi kebijakan publik.

Ia berharap keikutsertaannya di acara ini dapat menambah kontribusinya untuk memperkuat kinerja kehumasan di Unmus. (SGS)  


Share post

Tentang Penulis
Humas

Humas