Adanya ketidakselarasan antara revenue growth dengan resource growth menjadi tantangan tersendiri bagi PLN Icon Plus dalam mengembangkan lini bisnis perusahaan. Meski sulit, Heni Utari Ambarwati, Sekretaris PLN Icon Plus (ICON+), justru melihatnya sebagai peluang.
JAKARTA, HUMASINDONESIA.ID – Heni Utari Ambarwati pagi itu, 11 Juli 2023 , bertutur dengan santai. Ia berkisah mengenai berbagai upaya yang sudah dilakukan PLN Icon Plus (ICON+). Mulai dari aspek komunikasi hingga ekonomi.
Selain itu, alumni Program Studi Sarjana (S1) Manajemen Universitas Langlangbuana, Bandung, ini turut menuturkan berbagai dinamika yang dialami selama bekerja di ICON+. Diwawancarai dari aplikasi telewicara, ini kisah Sekretaris Perusahaan ICON+ tersebut kepada Samuel Gading dari HUMAS INDONESIA.
Selamat pagi. Bagaimana kabarnya?
Alhamdulilah, baik. Senang sekali bisa berjumpa dengan Samuel pagi ini.
Mengawali wawancara hari ini, menurut Anda, apa yang membedakan ICON+ dengan anak perusahaan PT PLN (Persero) lainnya ?
ICON+ adalah salah satu dari sebelas anak perusahaan PT PLN (Persero). Sebagai anak perusahaan, kami bertugas mendukung kinerja PLN. Meski demikian, lini bisnis perusahaan kami terbilang unik dibandingkan saudara-saudaranya.
Jika sepuluh perusahaan subholding lainnya bergelut di bidang ketenagalistrikan, kami justru mempunyai target menjalankan bisnis di luar sektor tersebut, yakni telekomunikasi dan teknologi informasi.
Lalu, bagaimana cara ICON+ mengembangkan bisnisnya?
Dengan prinsip Beyond KwH, kami mengembangkan bisnis serta menghasilkan inovasi dengan memanfaatkan aset PLN yakni kabel listrik pengaman atau right of way (ROW). Meski demikian, kondisi ini membuat kami harus menghadapi sejumlah tantangan.
Apa saja?
Salah satunya, terkait adanya ketidakselarasan antara revenue growth dengan resources growth. Perusahaan diminta untuk meningkatkan pemasukan, namun dengan keterbatasan dukungan fasilitas dan finansial.
Contohnya, kami mendapat target untuk memiliki pendapatan, tapi resource-nya tidak ditambah. Piutang (perusahaan) diminta dikecil serta merancang sistem yang digitalisasi, tapi yang membuat tidak ada. Nah, untuk bisa bertahan dan tetap mencapai target, di sinilah pentingnya ilmu kehumasan.
Ilmu kehumasan seperti apa contohnya?
Ada tiga meliputi riset, pemanfaatan teknologi, serta stakeholder relation yang baik. Dengan tiga hal ini, perusahaan yang semula berjibaku dalam tekanan kini justru mampu menghasilkan inovasi yang luar biasa.
Kami sangat memanfaatkan indikator strength, weakness, opportunity, dan threat (SWOT) untuk menganalisis PT PLN (Persero) sebagai stakeholder utama. Dari kajian yang dilakukan, ditemukan sejumlah peluang signifikan.
Bagaimana hasil analisisnya ?
Pertama, dari aspek kekuatan (strength), mengutip dari data management asset PLN tahun 2022 yang kami paparkan saat sesi penjurian The 2nd Indonesian DEI and ESG Awards (IDEAS) 2023, Senin (26/7/2023), PLN memiliki setidaknya lima aset potensial yang bisa dimanfaatkan.
Kelimanya adalah kehadiran lebih dari 2,5 ribu lokasi fisik penyedia layanan telekomunikasi atau point of presence (POP). Kemudian, 265 ribu km kabel fiber optik (FOC) yang diperkuat oleh 126 ribu splice closure atau tempat sambungan kabel FOC.
Lalu, kehadiran total 1,8 juta infrastruktur penghantar listrik yang terdiri dari saluran udara tegangan tinggi (SUTT), saluran udara tegangan menengah (SUTM), dan saluran udara tegangan rendah (SUTR). Dan terakhir, 231 ribu pelanggan ICON+. Khusus pontensial asset terakhir, sejumlah ini bahkan belum menghitung total 75 juta pelanggan tetap PLN.
Lalu?
Jika ditambah dengan aspek kelemahan (weakness) serta sejumlah ancaman (threats) seperti penataan ulang teknologi jaringan (3G sunset), aset PLN yang harus bertransformasi menjadi 4G, ICON+ lantas merancang sejumlah program untuk menunjang bisnis PLN. Di antaranya, menjadi penyedia modem internet dengan menggandeng penyedia internet swasta, menyediakan paket internet dengan harga termurah, serta mengoptimasi aplikasi PLN Mobile.
Khusus aplikasi PLN Mobile yang tersedia di Google Play, kami telah menciptakan sebuah marketplace yang kini digunakan oleh 3 ribu penjual. Saking besarnya animo program tersebut, total transaksi dalam program tersebut mencapai belasan miliar dalam kurun dua tahun saja, dari 2021 sampai 2023.
Jika melihat data terbaru per Rabu, 5 Juli 2023, sejumlah ini terdiri dari total transaksi Rp 16 miliar dan 175 ribu produk, serta masih berstatus berstatus corporate social responsibility (CSR). Penjual belum dikenakan biaya admin. Bisa digunakan gratis alias cuma-cuma.
Bagi kami, program yang awalnya ditujukan untuk berbagi berkah ini justru menyimpan potensi profit yang besar. Jadi, dalam waktu dekat, kami akan mengevaluasi program dan pendaftaran ulang untuk membagi kategori pungutannya. Sekaligus, merencanakan memberi pelatihan bagi UMKM, mengemas produk yang baik, dan sebagainya.
Dengan sedemikian banyak program yang dirancang ICON+, bagaimana Anda bersama tim membuat strategi komunikasinya?
Kami mengoptimasi media sosial, menjalin media relations dan melakukan customer engagement building untuk menggaet pelanggan. Upaya ini telah menunjukkan hasil atau tren yang positif. Pemberitaan mengenai ICON + di media sosial, misalnya, meningkat signifikan dalam kurun Januari -Juni 2023. Jumlahnya dari angka 956 hingga 3 ribu. Sama halnya dengan pemberitaan di media siber, meningkat dari 705 menjadi 3 ribu berita selama kurun waktu yang sama.
Saat ini jumlah pelanggan produk internet ICON +, yakni ICONNet, sudah mencapai 489 ribu pengguna. Berdasarkan pemeringkatan, kami hanya berada di bawah IndiHome dan First Media sebagai jasa layanan internet yang paling banyak digunakan di Indonesia. Padahal tiga tahun lalu, tepatnya 2020, kami berada di urutan kesepuluh dengan total 17 ribu pengguna.
Sungguh suatu pencapaian yang luar biasa. Bagaimana cara Anda dan tim bisa memanfaatkan keterbatasan itu menjadi peluang?
Kebetulan saya dari dulu orangnya greget dan selalu tertantang, ha-ha. Ketika dihadapkan dalam suatu persoalan, khususnya soal PLN, kami mencoba melihat pain points-nya. Contoh, kami akan melihat dari sisi mana ICON+ bisa membantu PLN. Setelah mengidentifikasi masalah, baru kita cari pihak mana saja yang sekiranya perlu untuk kita gandeng atau ajak kerja sama.
Jadi, dari semua upaya ini, ICON+ justru bisa menghasilkan profit tanpa modal. Kedengarannya memang mustahil, tapi ternyata bisa. Yang penting, kami selalu memosisikan diri untuk mencoba hadir sebagai solusi. Ini mindset utama kita. (SGS)
