Narasi Politik Menjelang 2024 Harus Disertai Aksi

Share post
Partai politik mulai melancarkan strategi komunikasi politik untuk meraih dukungan publik. (Foto: Kompas.id)

Narasi politik memang berpengaruh untuk publik. Ibarat virus, narasi bekerja sangat efektif untuk menggalang dukungan.

JAKARTA, HUMASINDONESIA.ID – Menjelang pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, partai politik (parpol) mulai melancarkan berbagai strategi komunikasi politik untuk membangun citra positif dan meraih dukungan publik.

Berdasarkan riset Hamiruddin berjudul Survei dan Konsultan Politik: Membangun Popularitas Dan Elektabilitas Politik (2021), upaya komunikasi yang dilakukan parpol kemudian diukur oleh berbagai lembaga survei. Hasil survei menjadi acuan efektif atau tidak efektifnya strategi komunikasi yang dirancang oleh parpol.

Lantas bagaimana situasi elektabilitas politik saat ini? Berdasarkan survei periodik yang dilakukan oleh Kompas.id pada 25 Januari - 4 Februari 2023, elektabilitas sejumlah partai pengusung pemerintah seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Nasional Demokrat (Nasdem), cenderung meningkat.

PDI-P berada di urutan pertama sebagai partai dengan elektabilitas tertinggi dengan jumlah 22,9%. Diikuti Gerindra di peringkat kedua dengan 14,3%. Sementara posisi ketiga, keempat, kelima, dan keenam, secara berurut diduduki Golkar (9%), Demokrat (8,7%), PKB (6,1%), Partai Keadilan Sejahtera/PKS (4,8%), dan Nasdem (7,3%).

Elektabilitas parpol-parpol tersebut cenderung meningkat dalam batas tertentu seiring citra positif kinerja pemerintah. Masih merujuk dari hasil survei itu pula, kepuasan kinerja pemerintah meningkat di seluruh indikator mulai dari politik, hukum, ekonomi, dan kesejahteraan sosial.

Pengaruh Narasi

Meningkatnya elektabilitas tidak terlepas dari pembangunan narasi politik yang dilakukan parpol, seperti mendeklarasikan calon presiden, mengumumkan koalisi, hingga melakukan pawai politik.

Masih dikutip dari sumber yang sama, Nasdem, Demokrat, dan PKS merupakan tiga parpol yang akhir-akhir ini sering berkonsolidasi untuk membentuk koalisi politik pada Pemilu 2024. Meskipun demikian, dari tiga partai itu, baru Nasdem yang secara terbuka mendeklarasikan Anies Baswedan.

Sementara di beberapa daerah, sejumlah partai terlihat melakukan deklarasi dan pengenalan tokoh parpol dengan sejumlah agenda. Di antaranya, PDI-P dan PPP yang merayakan ulang tahun partai dengan iring-iringan kendaraan bermotor. Upaya tersebut terbukti berpengaruh meningkatkan elektabilitas dua partai.

Dikutip dari Jurnal Prisma, Nezar Patria dalam opininya berjudul Narasi dan Politik Kerumunan mengatakan, narasi politik memang berpengaruh untuk publik. Ibarat virus, narasi bekerja sangat efektif untuk menggalang dukungan. Kerumitan isu yang akan diusung politisi bisa dirangkum untuk meraih kepercayaan rakyat.

Salah satu contoh keberhasilan narasi politik adalah ketika para pendukung Presiden Joko Widodo membawa slogan “Jokowi adalah Kita” pada 2014. Slogan tersebut, menurut pria yang kini tercatat sebagai Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negera ini, menjadi pesan yang membungkus narasi politik kerakyatan dan harapan terhadap kebangkitan bangsa Indonesia.

Narasi tersebut berhasil menyatukan para pendukung Jokowi, yang umumnya berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah yakni petani, buruh, dan nelayan. Meskipun demikian, sebagai bentuk komunikasi politik, Nezar berpendapat narasi juga harus diperkuat dengan aksi.

Sebab, kata Nezar, tanpa implementasi, narasi bisa berakhir sekedar pesan saja. Namun, jika digunakan dengan tepat, narasi ibaratnya lem yang merekatkan barang yang pecah. Sekaligus, menjadi palu memecahkan benda yang terikat kuat. (SGS)


Share post

Tentang Penulis
Humas

Humas